MenurutDimitri Mahayana (Agus Nggermanto, 2001), cirri-ciri orang yang ber-SQ tinggi adalah : 1. Memiliki prinsip dan visin yang kuat 2. Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman 3. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan 4. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan. Cara Melatih IQ, EQ, AQ, SC dan SQ
Pengertian Kecerdasan IQ, EQ, SQ, AQ, CQ, dan ESQ JAKARTA, Nawacita – Pengertian Kecerdasan IQ, EQ, SQ, AQ, CQ, dan ESQ, Setiap individu memiliki potensi diri, dan setiap potensi antara satu individu dengan individu yang lain pastilah berbeda. Potensi diri tersebut dibedakan menjadi dua, yakni potensi fisik dan potensi psikis. Potensi fisik menyangkut dengan keadaan dan kesehatan tubuh kurus, gemuk, dan lain-lain, wajah ganteng, jelek, cantik dan lain-lain, dan ketahanan tubuh mudah sakit atau tahan sakit . Sedangkan potensi psikis berhubungan dengan IQ Intelligence Quotient , EQ Emotional Quotient , SQ Spiritual Quotient , AQ Adversity Quotient ,CQ Creativity Quotient , dan ESQ Emotional Spiritual Quotient yang merupakan gabungan dari EQ dengan SQ . IQ Intellegence Quotient IQ merupakan kepanjangan dari Intelegence Quotient yang artinya ukuran kemampuan intelektuas, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ adalah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak dan tidak bisa berubah adalah mitos alias salah kaprah , karena penelitian modern membuktikan bahwa kemampuan IQ seseorang dapat meningkat dari proses belajar. Kecerdasan ini pun tidaklah baku untuk satu hal saja tetapi untuk banyak hal. Ciri Ciri Perilaku Intelligence -Masalah yang dihadapi merupakan masalah baru bagi yang bersangkutan. -Serasi tujuan dan ekonomis / efisien. -Masalah mengandung tingkat kesulitan. -Keterangan pemecahannya dapat diterima -Sering menggunakan abstraksi. -Bercirikan kesempatan. -Memerlukan pemusatan perhatian. EQ Emotional Quotient Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain, dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Aspek EQ -Kemampuan kesadaran diri. -Kemampuan mengelola emosi. -Kemampuan memotivasi diri. -Kemampuan mengendalikan emosi orang lain. -Kemampuan berhubungan dengan orang lain empati Perilaku Cerdas Emosi -Menghargai emosi negatif orang lain. -Sabar menghadapi emosi negatif orang lain. -Sadar dan menghargai emosi diri sendiri. -Peka terhadap emosi orang lain. -Tidak bingung menghadapi emosi orang lain. -Tidak menganggap lucu emosi orang lain. Sifat EQ Tinggi -Berempati. -Mengungkapkan dan memahami perasaan. -Mengendalikan amarah. -Kemampuan menyesuaikan diri. -Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi. -Hormat, ramah, setia, dan tekun. Baca Juga Pengertian Istilah Cepek, Gocap, Gopek, Goceng, Ceban serta Asal Usulnya SQ Spiritual Quotient Kecerdasan spiritual tidak selalu berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. Kecerdasan spiritual berasal dari dalam hati, menjadikan kita kreatif ketika dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai suatu ibadah. Ciri Ciri SQ Tinggi -Memiliki prinsip dan visi yang kuat. -Berprinsip kebenaran, keadilan, dan kebaikan. -Mampu memaknai setiap sisi kehidupan. -Mampu untuk menghadapi rasa takut. -Cenderung memandang segala sesuatu itu berkaitan. Pengertian Kecerdasan IQ, EQ, SQ, AQ, CQ, dan ESQ. AQ Adversity Quotient AQ adalah kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Paul G Stolz dalam AQ membedakan 3 tingkatan AQ dalam masyarakat -Tingkat Quitters orang yang berhenti Quitters adalah orang yang paling lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi masalah ia langsung berhenti dan menyerah. -Tingkat Campers orang yang berkemah Orang yang memiliki tingkat Campers memiliki AQ sedang. Ia merasa cukup dan puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak ingin lebih maju. -Tingkat Climbers orang yang mendaki Climbers adalah orang yang ber-AQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. CQ Creativity Quotient Creativity adalah potensi seorang untuk memunculkan suatu yang merupakan penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang lainnya. 5 Ciri Kreativitas -Kelancaran / kefasihan. Kemampuan memproduksi banyak ide. -Keluwesan Kemampuan untuk mengajukan bermacam-mcam pendekatan jalan pemecahan masalah. -Keaslian Mampu untuk melahirkan gagasan yang original atau asli -Penguraian Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci. -Perumusan kembali Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim. ESQ Emotional Spiritual Quotient ESQ merupakan sebuah singkatan dari Emotional Spiritual Quotient yang merupakan gabungan EQ dan SQ, yaitu Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual. Definisi, Emosional Spiritual Quotient ESQ Model adalah Model Kemampuan seseorang untuk memberi Makna Spiritual terhadap Pemikiran, Perilaku/Ahklak dan Kegiatan, serta Mampu Menyinergikan IQ Intelegent Quotient yang terdiri dari IQ Logika/Berpikir dan IQ Financial / Kecerdasan memenuhi kebutuhan hidupnya/keuangan, EQ Emosional Quotient dan SQ Spiritual Quotient secara komprehensif. Manfaat yang bisa di dapat adalah tercapainya keseimbangan antara hubungan Horizontal manusia dengan manusia dan Vertikal manusia dan Tuhan. ESQ juga dapat membuat kita lebih percaya diri dalam melakukan suatu tindakan. Demikianlah artikel yang bisa kami sampaikan dan semoga bermanfaat. cyclonws.
IQadalah Intelligent Quotient atau kecerdasan intelektual. IQ memberikan kecerdasan dalam berpikir dan bertindak secara logis. Peran penting yang dihasilkan oleh IQ meliputi kemampuan manusia berhitung, berimajinasi, beranalogi, dan berinovasi. Kecerdasan ini tidak dapat diamati secara langsung, karena itulah adanya tes IQ.
Apa bedanya antara IQ, EQ, dan SQ? Semua istilah ini dibahas tuntas dari sejarahnya, pengertian, dan lain-lain. Udah jadi dambaan tiap ortu kalo anaknya itu bakal jadi anak yang pinter, cerdas dan berbudi pekerti luhur sedaapp. Pasti lo sering ngalamin deh, didoain, diharepin, dipaksa, bahkan diomelin sama ortu cuma biar lo jadi pinter. Oleh karena itu, pasti lo nggak asing dong sama singkatan IQ, yg merupakan singkatan dari Intelligence Quotient atau nilai kecerdasan seseorang. Belom juga ngerti tentang apa itu IQ, eeh udah ada lagi yang namanya EQ Emotional Quotient, dan tiba-tiba muncul lagi istilah SQ Spiritual Quotient. Sebenernya apaan sih itu? Emang bener yah kecerdasan emosional dan spiritual orang bisa dikuantifikasi? Belom juga udah ngerti masing-masing istilah IQ, EQ, SQ itu apa, eeh tiba-tiba kita udah disuruh buat tes IQ lah, test EQ, belajar dan ikut program ini-itu, demi meningkatkan nilai IQ, EQ, dan SQ kita. Naah, sebelom kita capek-capek belajar dan muter otak sampe jungkir balik segala macem demi ningkatin apa yang sebenernya kita belum paham. Naah, blog Zenius kali ini bakal seru banget karena gue bakal kasih tau elo selengkapnya apa itu konsep IQ, EQ, dan SQ yang sebenernya. Oke, kita langsung aja deh nih ngomongin yang pertama. IQ, Intelligence QuotientEmotional Quotient Intelligence Spiritual Quotient Intelligence IQ, Intelligence Quotient IQ atau nilai kecerdasan seseorang. Nah yang ini nih sebenernya konsep yang udah ada sejak akhir abad 19, kira-kira di tahun 1890-an, yang pertama kali dipikirin oleh Francis Galton sepupunya Charles Darwin, Bapak Evolusi. Berlandaskan dari teori sepupunya mengenai konsep survival dari individu dalam suatu spesies, yang disebabkan oleh “keunggulan” sifat-sifat tertentu dari individu yang diturunkan dari orangtua masing-masing. Galton menyusun sebuah tes yang rencananya mengukur intelegensi dari aspek kegesitan dan refleks otot-otot dari manusia. Baru pas awal abad 20, Alfred Binet dibaca Biney, psikolog dari Perancis, ngembangin alat ukur intelegensi manusia yang mulai kepake sama orang-orang. Dari alat ukur ciptaan Binet ini, akhirnya berkembang deh alat-alat ukur IQ sampe yang kita kenal dan pake sekarang. Gara-gara orang mulai sadar sama pentingnya intelegensi dan pengetesannya, mulai deh tuh, para ahli psikologi neliti dan bikin hipotesis tentang kecerdasan. Banyak banget deh yang akhirnya muncul dengan pendapat yang berbeda-beda, masing-masing dengan bukti yang dianggap kuat oleh masing-masing pihak. Ada yang menganggap bahwa kecerdasan adalah konsep tunggal yang dinamakan faktor G General Intelligence. Ada juga yang menganggap kecerdasan itu pada intinya terbagi jadi dua macam set kemampuan, yaitu fluid Gf dan crystallized Gc. Berbagai macam pengetesan kecerdasan dibikin ngacu ke pandangan-pandangan ini sepanjang abad ke 20. Tapi yang lagi ngetren sekarang tuh yang namanya multiple intelligence, atau kecerdasan berganda yang dicetuskan oleh Howard Gardner di tahun 1983. Gardner nyebutin bahwa kecerdasan manusia bukan merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum, namun merupakan set-set kemampuan yang spesifik dan berjumlah lebih dari satu, yang semuanya merupakan fungsi dari bagian-bagian dari otak yang terpisah, serta merupakan hasil dari evolusi manusia selama jutaan tahun. Gardner awalnya membagi kecerdasan manusia menjadi delapan kategori yaitu a Music-rhythmic & Harmonic,bVisual-spatial,c Verbal-linguistic,d Logical mathematical,e Bodily-kinesthetic,f Intrapersonal,g Interpersonal,h Naturalistic. Masing-masing lengkapnya kayak apa mending elo Google aja deh, kepanjangannya Men. Intinya, lo bisa tangkep lah dengan gampang kalo liat istilahnya aja. Nah, seiring berjalannya waktu, akhirnya Gardner nambahin lagi aspek kecerdasan kesembilan, yaitu i Existential – yang mencakup sisi spiritual dan transendental. Walaupun populer, teori ini mendapat banyak kritik karena kurangnya bukti empiris. Nah, oleh karena itu, sampe sekarang para ahli belom sepakat dalam ngasih definisi apa itu kecerdasan, diukur pake alat apa, serta apa arti dari skor kecerdasan seseorang. Makanya, sekarang tuh para praktisi ilmu psikologi, pendidik, sekolah, dan beberapa negara maju udah ga make lagi tuh istilah “tes IQ”. Alih-alih mereka bilangnya test tertentu kaya “tes kemampuan akademik”, “tes kecerdasan verbal”, dan sebagainya. Masalahnya, di Indonesia nih masih umum banget istilah IQ. Ga jarang juga kan kita denger pertanyaan “IQ lo berapa?”, “Gimana Men, besok tes IQ, udah siap?”, “Itu butuh IQ berapa sih biar bisa keterima di sekolah/kelompok itu?”, dan sebagainya. Lewat tulisan ini, gue rada pingin nyuarain juga nih ke elo-elo pada, bahwa banyak banget pengetesan yang sebenernya ga ngukur kecerdasan umum, tapi ngakunya sebagai tes IQ. Harus ati-ati deh buat nyikapinnya. Ini bukan berarti yang namanya IQ atau kecerdasan umum itu ga ada yeh. IQ itu ada, tapi yang bermasalah itu alat ukurnya biasanya gak akurat. Jadi biarin deh urusan begituan diserahin dulu ke para ahli bidang yang bersangkutan. Balik lagi nih, ke pandangan umum masyarakat tentang konsep “kecerdasan umum” atau yang dikenal sebagai IQ tadi. IQ gue tinggi, terus? IQ gue jongkok, terus? Kalo nilai skor tes gue jeblok, apa berarti gue orang bego, gitu? Nah, pertanyaan-pertanyaan ini nih ga bisa dijawab dengan jawaban yang simpel kayak “Iya ya ternyata gue bego karena IQ gue rendah”, atau sebaliknya. Yang namanya bego, itu nggak cuma gara-gara IQ lo rendah doang, atau cerdas karena IQ lo tinggi. Gini misalnya, lo punya skor IQ tinggi trus pada suatu kesempatan lo lagi bawa motor. Karena pingin cepet-cepet sampe, lo ambil jalan yang berlawanan arus. Trus gara-gara ini, lo jadi didamprat orang yang lagi jalan kaki di jalur yang semestinya. Trus akhirnya lo dibilang “ah tolol luh!” maapin kata-kata gue kalo rada kasar, gue cuma mau bikin ini lebih realistis aja. Masuk akal juga kan, kalo lo didamprat kaya gitu, padahal skor IQ lo tinggi. Kasus di atas bikin suatu kesan buat kalangan umum non-akademik buat berpikir bahwa kemampuan pikiran belum tentu membuat lo jadi terlihat cerdas dan adaptif dalam bertingkah laku. Padahal kan tadi di atas disebutin bahwa kecerdasan itu pada intinya adalah kemampuan yang membuat manusia adaptif sebagai individu. Pandangan-pandangan umum yang kayak gini yang akhirnya membuat para ilmuwan kejiwaan ngembangin sebuah konsep terpisah yang dinamakan.. Emotional Quotient Intelligence Lah kok, jadi beda istilah?! Tadi di atas bilangnya emotional quotient EQ kok sekarang jadi Emotional Intelligence EI? Sebenernya sih sama, tapi emang udah jelas banget sih kalo istilah EQ yg arti harafiahnya itu “hasil pembagian dari emosi itu salah. Lebih tepat digunakan kecerdasan emosional buat jelasin konsep yang dimaksud. Makanya akhirnya para ahli lebih milih istilah emotional intelligence EI. Ngerti nggak sampe sini Men? Nah, kalo sampe poin ini lo udah bisa pahamin, kita lanjut bahas soal apa yg orang-orang bilang soal EQ atau EI. Sering banget kita denger orang-orang awam suka ngomong “Percuma IQ tinggi tapi EQ jeblok” atau semacamnya. Sering kan? EQ pertama kali dikonsepin oleh Keith Beasley pada tulisannya pada artikel Mensa pada tahun 1987. Tapi, istilah ini baru bener-bener mendunia dan udah ganti jadi EI setelah Daniel Goleman pada bukunya “Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ” yang terbit pada tahun 1995. Walaupun buku ini dianggap bukan sebagai buku akademik, tapi konsep EI yang disusun oleh Goleman bikin para ahli psikologi rame-rame bikin penelitian tentang hal ini. Kecerdasan Emosional, pada intinya adalah kemampuan kita buat ngidentifikasi, ngukur, dan ngontrol emosi diri sendiri, orang sekitar, dan kelompok. Para peneliti EI punya posisi bahwa EI lebih penting daripada sekadar kecerdasan kognitif. Goleman sendiri membagi kemampuan-kemampuan emosional menjadi lima kemampuan a kesadaran diri,b kontrol diri,c kemampuan sosial,d empati,e motivasi. Goleman berpendapat bahwa tanpa kelima kemampuan ini, orang yang memiliki IQ tinggi bakal kehambat dalam kegiatan akademik serta pekerjaan. Walaupun laku keras di kalangan umum, banyak ilmuwan dan praktisi psikologis yang tetep skeptis sama kecerdasan emosional. Yang paling mereka kritik adalah pengetesannya. Ilmuwan harus bekerja berdasarkan bukti. Jika seorang ilmuwan di bidang apapun bikin suatu hipotesis, harus didukung sama pengukuran yang akurat. Nah, para ahli psikologi ngekritik EI karena alat ukurnya nggak valid valid ini maksudnya nggak ngukur apa yang harusnya diukur. Alat-alat tes EI itu kebanyakan soalnya berupa pilihan-pilihan jawaban yang bisa aja orang yang ngisi ngibul pas ngejawabnya. Makanya, para ahli kurang bisa nerima hasil pengukuran EI. Belom kelar masalah EI, eh tiba-tiba ada lagi yang ngusulin sebuah konsep kecerdasan baru yang dinamain.. Spiritual Quotient Intelligence Spiritual Intelligence SI atau kecerdasan spiritual. Pertama kali dikonsepin sama psikolog yang bernama Danah Zohar, pada tahun 1997. Konsep ini dapat dibilang baru dalam dunia psikologi, karena emang konsepnya aja belom dianggep matang. Banyaaaak banget kritik soal konsep SI ini bahkan bukan soal pengukurannya atau nilainya, tapi soal konsep dasarnya. SI ini dibuat oleh Zohar untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memaknai kehidupannya, jadi nggak ada hubungannya dengan agama ataupun kerohanian dalam konsep awam. Kemampuan-kemampuan yang menurut Zohar tergabung dalam konsep SI antara lain Spontanitas, visioner, rasa kemanusiaan, kemampuan untuk bertanya hal-hal yang bersifat mendalam seperti “siapakah saya dalam dunia ini?”, kemampuan untuk menerima perbedaan, dan sebagainya. Nah, lagi-lagi, selain konsepnya yang belom mateng, alat ukurnya lebih ngaco lagi, kalo menurut ahli-ahli ilmu psikologi. Alat ukurnya lebih bisa bikin yang ngisi ngibul soal kondisinya, yang akhirnya bikin skor tesnya jadi tinggi-tinggi deh. Susah kan ngukurnya kalo kaya gini!? Seperti biasa, dunia bisnis berkembang jauuuuh lebih cepet daripada dunia ilmu pengetahuan. Kalo ada konsep-konsep yang menarik dan “laku dijual”, para pelaku bisnis pasti cepet tanggep makenya padahal belom yakin itu konsep udah mateng atau belom. Kalo dalam ilmu lain, fisika kimia misalnya, kalo ada penemuan yang belom mateng terus udah laku di pasaran, resikonya kan jelas lah yaa, meledak lah, beracun lah, bikin mati sekampung lah. Nah, kalo dalam ilmu psikologi, dampak-dampak itu nggak keliatan langsung, tapi sebenernya bakal ujung-ujungnya kerasa dampaknya. Contohnya gini deh, konsep EI dan SI belom mateng, alatnya belom valid, tapi udah dipake buat nyeleksi manajer di satu perusahaan. Dari hasil tes dibilang bahwa si calon X punya kecerdasan emosional dan spiritual yg tinggi, tapi tesnya nggak valid. Walhasil, taunya si manajer nggak bekerja sesuai yang diharepin. Akhirnya, sayang kan duit yang dipake buat seleksi dan gaji si manajer X. Maka dari itulah, semua yang kira-kira punya embel-embel “quotient” nya atau “kecerdasan” ini itu emang kedengeran seksi di kuping kita. Yang namanya ortu itu pingin anaknya cerdas, berpekerti luhur, spiritual, dan sebagainya. Udah keniscayaan itu sih. Tapi, kita sebagai kaum terpelajar yang harus berpikir kritis, jangan lah cepet-cepet percaya sama apa pun yang dibilang sama orang lain. Telusurin sendiri sebelom rugi. Di Indonesia nih misalnya, udah jelas konsep EI belom jelas alat ukurnya, pelatihan-pelatihan dan pengukuran EI udah menjamur di mana-mana. Pake alat apa juga nggak peduli deh, yang penting Danah Zohar di atas kan udah bilang kalo SI nggak ada hubungannya dengan agama, tapi pelatihan-pelatihannya banyaaaaaaak banget ini beneran banyak banget yeh, se-Indonesia. Kebayang nggak kalo ternyata konsepnya nggak mateng dan itu pelatihan malah bikin kita jadi cerdas secara spiritual, tapi malah misalnya jadi takut sama kehidupan, ngerasa banyak dosa, dsb. Nggak nyambung dong sama yang dikonsepin sama Danah Zohar? Ya nggak?! Nah, pesen moral dari tulisan ini cuma singkat Sebagai kaum terpelajar, kita harus telusurin dulu sebelum percaya apa pun, terutama kalo itu bisa bikin kita rugi baik secara finansial maupun psikologis. Catatan Editor Seperti biasa kalo ada yang mau nanya, komentar, atau ngobrol sama Faisal, bisa langsung tinggalin comment aja di bawah artikel ini. Buat lo yang belum gabung jadi registered account di Zenius, pastiin lo gabung sama kita dengan daftar Zenius di sini! Berani ngasah otak dan kemampuan berpikir lo? Nih, cobain Zencore! Dengan fitur adaptive learning dan latihan soal CorePractice, lo bisa tingkatin skill matematika, bahasa Inggris, sekaligus verbal dan logika secara gratis. Ketuk banner di bawah buat mulai cobain! ***
Definisi Emosional Spiritual Quotient (ESQ) Model adalah Model Kemampuan seseorang untuk memberi Makna Spiritual terhadap Pemikiran, Prilaku/Ahlak dan Kegiatan, serta Mampu Menyinergikan IQ (Intelegent Quotient) yang terdiri dari IQ Logika/Berpikir dan IQ Financial / Kecerdasan memenuhi kebutuhan hidupnya/keuangan, EQ (Emosional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) secara komprehensif.
Setidaknya ada empat jenis kecerdasan manusia, yakni IQ, EQ, SQ, dan TQ. - Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan enggak bisa disamakan satu sama lain. Nah, setidaknya ada empat jenis kecerdasan manusia, yakni IQ, EQ, SQ, dan TQ. Apakah kamu sudah tahu apa itu IQ, EQ, SQ, dan TQ? IQ adalah kecerdasan intelektual, sementara EQ merupakan kecerdasan emosional EQ. Nah, kalau SQ adalah kecerdasan spiritual dan TQ ialah kecerdasan transendental. Berikut ini penjelasan selengkapnya tentang IQ, EQ, SQ, dan TQ. Kita simak bersama, yuk, Kids! Baca Juga Enggak Cuma IQ yang Tinggi, Beberapa Hal Ini Juga Bisa Menunjukkan Kecerdasan yang Kita Miliki Apa Itu IQ? Anak sedang belajar matematika ilustrasi Mungkin di antara empat jenis kecerdasan, IQ paling enggak asing, ya, Kids. IQ adalah kependekan dari Intellegence Qoutient atau kecerdasan intelektual. IQ merupakan kecerdasan kognitif atau aktivitas berpikir yang erat kaitannya dengan beberapa kemampuan seperti kemampuan mengingat, memahami, menganalisis, mengevaluasi, serta memecahkan masalah. Kecerdasan ini juga berkaitan erat dengan berpikir secara rasional seperti yang sering dirangsang di sekolah, Kids. Misalnya, saat kita belajar tentang matematika, kita dilatih untuk memahami, menganalisis, dan memecahkan masalah dari soal. Baca Juga Satu Langkah di Depan, 3 Zodiak Ini Disebut Punya Tingkat Kecerdasan Lebih Tinggi dari Zodiak Lain, Kamu Termasuk? Apa Itu EQ? EQ atau Emotional Qoutient merupakan kecerdasan emosional yang berkaitan dengan karakter. Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan diri dalam mengontrol perasaan, mengenali perasaan orang lain, adaptasi, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan juga komitmen. Seseorang yang enggak memiliki EQ yang baik enggak akan bisa mengontrol amarah, kurang terbuka, sulit bekerja sama dengan orang lain, mudah curiga, susah memaafkan, enggak bisa berempati, dan lain sebagainya. Banyak hal dalam hidup yang lebih banyak dibangun oleh kecerdasan emosional daripada kecerdasan intelektual. Apa Itu SQ? Selain IQ dan EQ, ada pula SQ atau Spiritual Qoutient yang merupakan kecerdasan jiwa. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan untuk jujur, adil, menghargai, kasih sayang, toleransi, empati, rendah hati, sikap ramah, dan sebagainya. Selain itu, SQ juga berarti kemampuan seseorang untuk mengerti dan memaknai apa yang dihadapinya dalam kehidupan. Nah, SQ ini merupakan sumber bimbingan atau arahan bagi kecerdasan lain, yakni IQ dan EQ, lo. Baca Juga Bisa Dilihat dari Segi Golongan Darah, Ternyata Ini Kondisi Emosional Kita Berdasarkan Tipe Golongan Darah Apa Itu TQ? Terakhir, ada pula yang disebut TQ atau Trancendental Quotient. TQ merupakan kecerdasan transendental yang berkaitan dengan kemampuan seseorang memaknai hidup dan kehidupannya dalam perspektif agama. TQ atau juga bisa disebut sebagai kecerdasan ruhaniah/ilahiyah merupakan pengembangan dari kecerdasan spiritual. Kecerdasan transendental ini memiliki konsep visioner jauh ke depan, Kids. - Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
IQadalah ukuran kecerdasan intelektual, EQ adalah ukuran kecerdasan secara emosional seseorang, sedangkan SQ adalah ukuran kecerdasan dari segi "spiritual". Ketiganya memiliki aspek atau kategorinya masing-masing. Kamu bisa mengembangkan aspek-aspek tersebut untuk meningkatkan tiga jenis kecerdasanmu.
A holistic approach to leadership requires knowledge, intelligence ü Physical PQü Intellectual IQü Emotional EQü Spiritual SQThey are interrelated in that they build on each other as one’s intellectual level increases over time through normal life experiences, academic achievements and professional expertise in our chosen importance of Physical Intelligence PQ to the overall well-being of personal health and Intelligence relates to Gardner’s bodily-kinesthetic intelligence. Furthermore, current studies and findings prove the necessity of maintaining a strong fitness level to improve longevity and body Intelligence SQThe ability to behave with wisdom and compassion, while maintaining inner and outer peace, regardless of the situationWisdom and compassion being the pillars of SQDeeper understanding of one’s own world view, life purpose, value hierarchy and controlling personal ego to consider the higher of one’s spiritual growth, living your purpose, values and vision, sustaining faith in and seeking guidance from a higher awareness of world view of others, limitations and power of human perception, awareness of spiritual laws and transcendental onenessEmotional Intelligence EQEQ is associated with better performance in nine different areas of leadership and management. Goleman’s research clearly shows that EQ is the sine qua non – absolute requirement – of principles and practices for improvements in Self-Awareness and Self-Management self-confidence; self-control; adaptability; more socially empathetic; service orientation to others and the Management inspirational leadership practices; change management; conflict resolution skills; teamwork building Quotient IQLife-long learning is widely regarded as the increase in the intellectual level – IQ – of everyone wishing to improve one’s mind, professional expertise, and position in life. IQ contributes significantly to the personal “wisdom” one attains throughout the maturing Quotient I Q Continuing education is a never-ending process in raising one’s intellectual levelTo exist is to change, to change is to mature, to mature is to go on creating oneself endlesslyLife-long learning is widely regarded as the increase in the intellectual level – IQ – of everyone wishing to improve one’s mind, professional expertise, and position in lifeIQ contributes significantly to the personal “wisdom” one attains throughout the maturing in classes of higher learning, obtaining a second degree, technical expertise improvement intellectual topics such as philosophy, religion, symbolism, leadership, yourself with people or organizations where life-long learning Intelligence PQ Ability to listen, identify and respond to internal messages about one’s physical self. Pain, hunger, depression, fatigue and frustration are about and understand the mind body connection. For instance stomach telling mind it is time to stop eating; understanding the difference between the internal voice of wants vs. needsDetermining our body’s perfect weight, fitness level and perfect or Curiosity Quotient CQ Cultural intelligence or cultural quotient CQ is a term used in business, education, government and academic research It can be understood as the capability to relate and work effectively across cultures The concept is related to that of cross-cultural competence Lays a strong inquisitive foundation for the company, encouraging a culture of innovationAdversity Quotient AQ Adversity quotient is the ability to handle adversities well ; Ability to adapt to and thrive in an environment of changeIt is one of the most sought-after characteristics of a person in many is known by many other names grit, backbone, fortitude, persistence, tenacity, and self-sufficiency. Unlike and employers associate with stability, strength, and power
Pengertiandari 5 Q (IQ, EQ, AQ, SQ, PQ) beserta Dinamika dan keterkaitannya. Aspek-aspek dan Faktor-faktor yang terkandung dalam 5 Q. Posisi dan Fungsi 5 Q dalam Kehidupan manusia. Mengembangkan 5 Q agar lebih Efektif dan Optimal sehingga dapat mencapai Performance yang tertinggi. Hubungan 5 Q dengan Kesuksesan dalam kehidupan.
For centuries a person’s intelligence or academic abilities were measured with a standardised IQ test. The higher a person scored on the test the more academically capable they were perceived to be. Organisations like MENSA were formed with exclusive membership being granted to adults and children who displayed very high IQ levels. In his book, Frames of Mind, Howard Garner challenges the notion that intelligence is a single yardstick on which to measure a person’s abilities and chances of future success. Over the last few decades, other researchers and psychologists have followed suit and also identified alternative ways to measure intelligence that doesn’t only focus on academic abilities. There are four types of intelligence that are commonly used today; Intelligence Quotient IQEmotional Quotient EQSocial Quotient SQAdversity Quotient AQIn this article, we will look at the different types of intelligence, learn more about whether IQ is more important than EQ, SQ and AQ, and find out how parents can incorporate social and emotional development into their child’s education. Meaning of IQ, SQ, EQ and AQIntelligence Quotient or commonly referred to as IQ measures a person’s level of comprehension. This is usually assessed through an IQ assessment that tests a person’s ability to solve mathematical equations, memorise things, identify patterns and recall Quotient EQ or Emotional Intelligence refers to one’s ability to manage their emotions. This includes the ability to understand and self-manage their own feelings in positive ways to communicate effectively, empathize with others, overcome challenges, manage conflict and relieve Quotient SQ or Social Intelligence refers to one’s ability to interact and communicate with others with empathy and assertiveness. This includes a person’s ability to build a network of friends and maintain it over a long period of Quotient AQ refers to one’s ability to overcome challenges or adversity. When faced with troubles, the Adversity Quotient considers who will give up, who will abandon their family, and who will contemplate Goleman, author, psychologist and journalist for the New York Times, stated that “as much as 80% of adult success comes from EQ”. His research shows that people who have higher emotional and social intelligence tend to go further in life than those with a high IQ but low EQ or SQ. IQ vs EQ, SQ and AQEvery child is different, with unique learning needs and personalities. Saying that one intelligence type is more important than another is like saying that it is more important to learn maths than languages. Whilst each subject is important in schooling, what is most important is that a child builds educational foundations that will serve them through their adult life. The same logic can be applied when comparing different types of intelligence. It is simply not logical to think that one type of intelligence is more important than another. Developing a child’s social skills, self-awareness, self-control and coping mechanisms are not only important for learning but also vital to succeed as adults in a workplace environment. Social and emotional learning in schoolsUnderstanding your child’s unique personality and strength areas can offer valuable insights into how you approach and personalise their education to develop these key life skills. Whilst most schools focus on improving IQ levels, EQ, SQ and AQ development is often neglected. It is equally as important to attend to the emotional well-being of a learner, as to their academic needs. Social and emotional learning should be integrated into a child’s education as it is integral to their development. Enrolling your child in a social and emotional learning course will help them develop these key life skills and will in turn contribute to them becoming more successful and happier in their adult of social and emotional learningThere are tangible and practical reasons to incorporate social and emotional learning into a child’s education. According to Goleman, incidences of bullying, peer pressure, behavioural problems, violence and substance abuse are reduced in schools that focus on developing their students' EQ and SQ. This in turn leads to improved academic performance and behaviour. CambriLearn’s social and emotional learning courseCambriLearn offers an in-depth social-emotional learning course to help children navigate these critical developmental areas. The course is completed online through interactive lessons and group projects to help learners discover constructive ways to process their emotions and interact with others in a respectful way. In this course, students learn to Recognise and practice character strengths, like curiosity, persistence, and and manage their emotions, like fear and in a team, listen to and appreciate each the consequences of their actions to others. Students who have completed the social-emotional learning course with CambriLearn have shown improved self-esteem and self-awareness,attitude and relationships,ability to cope with social and peer pressures, learning by Stacey Cruickshanks
. 151 33 204 475 32 260 444 214
pengertian iq eq aq cq sq